Monday, December 3

JALAN ORANG

Senin, 3 Desember 2007

+ Jadi adek-adek ini nggak bisa nyetir?
++ Belum bisa, pak…bukan nggak bisa…

Ternyata orang ini menyimak ‘pembicaraan keluarga’ aku dan adikku tentang semua perempuan dalam satu rumpun kekerabatan darah yang tidak bisa menyetir.

+ Gampang dek…saya kasih tau kuncinya ya.
++ Bapak udah lama nyetir?

Jangan terlalu gampang percaya dengan orang asing, kan?

+ Wah saya udah 13 tahun nyetir taksi, neng. Dan dengan kunci ini, alhamdulilah saya nggak pernah kecelakaan. Pokoknya saya mah jauh lah neng dari kecelakaan.

Wow, pasti ini kunci ajaib.

++ Emang kunciannya gimana tuh pak?
+ Anak-anak saya 3 orang pokoknya saya kasih kunci ini juga…alhamdullilah nggak pernah kecelakaan.

Dia denger nggak sih.

++ Kuncinya apa dong?
+ Pokoknya mah neng, jangan ambil JALAN ORANG.

Kuncinyaaaaaaaaaaaaaa.

++ Pak, ya kuncinya apa dong tuuuh?
+ Ya itu neng…jangan ambil JALAN ORANG.

Owh? Salah sendiri intonasi kalimatnya nggak jelas. Tapi…

++ Maksudnya jangan ambil rejeki orang?
+ Bukaaaan…gini nih neng…ini kan ada garis pembatas tengah jalan. Naaa, neng harus tetap di jalan neng, JALANnya KITA…jangan ambil JALAN ORANG kayak begini (sambil memperagakan mobil jadi sedikit melenceng ke kanan).

Hmmm. Hm? Dan dia tetap melanjutkan.

+ Kalo ngambil JALAN ORANG mah…pasti rawan kecelakaan. Jangan mentang-mentang sepi, terus ngerasa mobil kita boleh di tengah. Apalagi kalo kita mo belok kayak gini. Jangan sekali-sekali, neeeeng…bapak mah kasih tau aja.

Kami pun berbelok ke kanan. Satu belokan terakhir lagi ke kiri akan mengantarkan aku dan adikku ke tempat tujuan.

+ Keliatannya sih sepi ya neng. Padahal mana tau kalo nanti tiba-tiba ada mobil ato motor dari depan. Bahaya pisan.
Pokoknya mah tetap di JALAN KITA aja, jangan ambil JALAN ORANG.
++ Kalo kita nggak ambil jalan orang, tapi orang yang seenaknya ambil jalan kita, gimana dong?
+ Itu mah gampang. Tinggal banting setir dikiiit aja ke kiri jalan, pasti kita lepas dari bahaya. Yang penting kita tetap di JALAN KITA. Neng mau ngebut juga terserah, yang penting jangan ambil JALAN ORANG.
Cewek-cewek sekarang teh senengnya ngebut-ngebut. Kemaren bapak aja sampe kaget, ada 6 mobil bereretan kebut-kebutan. Cewek semua, neng! Gapapa lah. Asal itu ajalah neng, nggak ambil JALAN ORANG. Dan tetap hati-hati.

Kami lalu berbelok ke kiri. Melewati beberapa rumah dan akhirnya sampai di tempat yang dituju.

++ Ini pak. Kembaliannya biar aja. Nuhun pisan pak.
+ Iya neng. Sama-sama.

Entah berapa kali dia menyebutkan ‘JALAN KITA’ dan ‘JALAN ORANG’. Tetap di 'jalan kita'…jangan ambil 'jalan orang'. Dan entah mengapa, aku merasakan bahwa dia sebenarnya TIDAK SEDANG BERBICARA tentang SEBUAH KUNCI untuk menyetir. Entahlah.